BATU SANDUNGAN DALAM MENCAPAI KELUARGA SAKINAH



Surah Ar-Ruum ayat : 21 "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram (sakinah) kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih (mawaddah) dan sayang (rahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ter dapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir".
 Dalam mencapaui keluarga sakinah sangatlah sulit, berikut hal-hal yang bisa menjadi kerikil bagi pasangan suami istri dalam mencapai keluarga sakinah.
  • Berpura-pura. Berselingkuh. Boros/royal
  • Besar pengeluaran dari pada pendapatan
  • Berburuk sangka/su’udhzon
  • Berfikir sempit
  • Bawel. Bandel. Ceroboh
  • Cinta yang mulai memudar
  • Cemburu buta
  • Cerewet. Cuwek. Congkak
  • Egois yang berlebihan
  • Penampilan wajah yang tidak cerah
  • Penakut. Pemalas. Pemalu. Pendendam
  • Penampilan yang kurang simpatik
  • Pilih kasih
  • Punya PIL (Pria Idaman Lain)/WIL (Wanita Idaman Lain)
  • Kurang perhitungan.
  • Kurang bijaksana. Kurang jujur
  • Kurang tanggung jawab. Kurang timbang rasa
  • Kurang bisa menjaga kerapian berpakaian
  • Kurang pasrah. Keras kepala. Keras hati
  • Kasih sayang yang mulai hilang. Kurang menghargai
  • Kurang perhatian. Kurang tegur sapa
  • Kurang tanggap. Kurang teliti. Kurang hati-hati
  • Kurang bisa menjaga perasaan
  • Kurang mawas diri. Kurang ikhlas
  • Kurang sabar. Kurang kompak
  • Kurang bisa menjaga kebersihan badan
  • Kurang bertetangga.
  • Merendahkan harkat dan martabat
  • Menyimpan photo pacar. Mata duitan.
  • Menganggap remeh. Mau menang sendiri
  • Mudah marah. Memperlakukan perbuatan kasar
  • Mudah tersinggung. Mudah bosan. Mudah putus asa.
  • Mudah kecewa. Mencaci. Menghina.
  • Memojokkan. Menjerumuskan.
  • Mudah percaya pada pihak lain.
  • Mata keranjang. Membanggakan diri sendiri
  • Merasa benar sendiri
  • Suka terburu nafsu. Suka ngomong kasar
  • Suka ngomong yang menyakiti hati.
  • Suka mengadu/lapor (bahasa Jawa: wadul).
  • Suka berdusta. Suka purik/pergi tanpa idzin.
  • Sinar mata yang penuh curiga. Suka menuduh.
  • Selalu ingin tahu yang bukan urusannya.
  • Suka membeberkan aib
  • Suka menyebut-nyebut kelebihan rumah tangga orang lain
  • Suka keluyuran/ngelayab.
  • Suka mengungkit-ngungkit masa lalu.
  • Suka menyebut-nyebut pacar lama/baru.
  • Suka memuji orang lain di depan pasangan.
  • Suka menonjolkan kelebihan pihak lain.
  • Suka bertindak sepihak.
  • Suka membanding-bandingkan.
  • Suka menyombongkan diri.
  • Suka mendikte. Suka mengeluh. Suka menganggurkan diri. Suka mengosongkan waktu.
  • Tidak terbuka. Tidak transparan.
  • Tidak imformatif (tidak banyak memberikan informasi yang baik).
  • Tidak bisa membaca selera.
  • Tidak mau menerima kenyataan.
  • Tidak pandai bersyukur.
  • Tidak tanggap dengan tugas.
  • Tidak rela berkorban.
  • Tidak punya rencana kedepan.
  • Tidak faham tujuan berumah tangga.
  • Tidak optimis dalam hidup.
  • Tidak kenal waktu.
  • Tidak musyawaroh. Tidak perduli.
  • Tidak suka mengulurkan tangan.
  • Tidak mengenali diri. Tidak bisa mebedakan
  • Tidak berbagi. Tidak suka bersillatur-rohim
  • Tidak ta’dhzim/tidak menghormati.
  • Tidak bisa kerja sama yang baik.
  • Tidak dapat di percaya.
  • Tidak solider dengan hobby.
  • Tutur kata yang tidak santun.
  • Tegur sapa yang sinis.
  • Tidak suka membantu.
  • Tidak bisa menahan emosi.
  • Tidak mudah mema’afkan.
  • Tidak bisa mengukur kemauan dengan kemampuan.
  • Tidak bisa membaca situasi dan kondisi.
  • Tidak jauh memandang kedepan.
  • Tidak suka menambah ilmu.
  • Tidak menyadari kekurangan diri sendiri.
  • Tidak qona’ah (bahasa jawa: ndak nerimo ing pandum).
  • Tidak lahir bathin.
  • Tidak ta’at/tidak patuh.
  • Jauh dari ridhonya ibu-bapak.
  • Jauh dari kerabat dan famili.
  • Jauh dari kenyataan/jauh dari yang sebenarnya.
  • Jauh dari bimbingan agama.
Telah banyak kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga gagal membangun dan membina rumah tangganya karena kesandung hal-hal kecil di atas. Jika ada perbedaan pendapat antara suami dan isteri, maka ada beberapa hal yang perlu diingat dan diterapkan dalam menghadapi perbedaan pendapat, antara lain:
  • Tidak perlu saling mengkritik.
  • Tidak perlu memberikan nama julukan atau label yang jelek.
  • Tetaplah fokus berusaha untuk mengatasimasalah yang sedang dihadapi, dan bukan malah membesar-besarkan atau menciptakan masalah baru.
  • Hindari kata “kamu selalu….”, “kamu tidak pernah….”, “setiap kali…..”.
  • Terima perbedaan. Mungkin saja suami tidak menyetujui pendapat isteri, dan isteri juga tidak menyetujui pendapat suami. Kuncinya adalah menemukan titik temu antara dua pendapat yang berbeda. Suami isteri itu ibarat baut dan mur yang memiliki perbedaan bentuk dan drat, namun dengan kesabaran dan ketelitian seorang mekanik ahli, pada akhirnya menemukan kecocokan dan dapat menyatu sebagai penguat sesuatu. Seperti itu pula suami isteri yang memiliki banyak perbedaan, namun jika menghadapinya dengan kesabaran, bijaksana, arif, dan kasih sayang, jauh dari emosi insyaa Alloh akan menemukan kecocokan dalam segala hal. Karena, masing-masing saling menghendaki untuk mempertahankan ikatan yang telah terlanjur kuat, yaitu akdun nikah ‘pernikahan’ dengan mempunyai semboyan:
  1. Bahagiamu adalah kebahagiaanku
  2. Gembiramu adalah kegembiraanku
  3. Senangmu adalah kesenanganku
  4. Kesukaanmu adalah kesukaanku
  5.  Dukamu adalah dukaku
  6.  Malumu adalah malu aku
  7. Sedihmu adalah kesedihanku
  • Tetaplah memiliki cinta yang dulu pernah diucapkan. Miliki kasih sayang yang pernah dirajut bersama. Suami dan isteri sedang berhadapan dengan konflik. Jadi, berusahalah bersama-sama untuk mengatasi konflik, dan bukan mengatasi suami atau isteri untuk memperbesar konflik.
  • Tahu kapan harus berhenti. Jika memang belum bisa menemukan kata sepakat dalam satu kali diskusi, maka suami isteri dapat melanjutkannya kembali di lain kesempatan, yakni nanti jika suami dan isteri sudah merasa jauh lebih tenang.
  •  Jika suami dan isteri sudah merasa kewalahan dalam menghadapi konflik dan terjebak dalam lingkaran negatif yang merugikan suami dan isteri, mungkin sudah waktunya bagi suami atau isteri meminta saran dan bantuan dari pakar profesional yang terkait,
  • Besar maupun kecil, konflik memang sudah menjadi bagian dari kehidupan di dunia ini. Tidak terkecuali juga dalam kehidupan berumah tangga atau suatu pernikahan. Bahkan pernikahan yang dianggap bagi pasangan yang sempurna pun pernah berhadapan dengan konflik. Itulah dunia, di dunia ini tidak ada yang sempurna kecuali wajah Alloh Ta’alaa.
Yang perlu kita pahami adalah konflik bukanlah hal yang perlu dihindari. Yang terpenting adalah bagaimana cara suami dan isteri dalam menyikapi dan mengatasinya agar konflik tidak sampai meluas dan memperburuk keadaan.




HP10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar